Kamis, 28 Desember 2017

Manusia dan Kegelisahan | Tugas 12 Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar



MANUSIA DAN KEGELISAHAN


1. Pengertiaan Kegelisahan

Kegelisahan berasal dari kata gelisah, yang berarti tidak tenteram hatinya, selalu merasa khawatir, tidak tenang, tidak sabar, dan cemas. Sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang yang tidak tenteram hati maupun perbuatan, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan.

Kegelisahan dapat diketahui dari gejala tingkah laku seseorang dalam situasi tertentu. Gejala tingkah laku itu umumnya lain dari biasanya, misalnya berjalan mondar-mandir dalam ruang tertentu sambil menundukkan kepala, memandang jauh ke depan sambil mengepal-ngepalkan tangan, duduk termenung sambil memegang kepala, duduk dengan wajah murung, dan malas bicara.

Kegelisahan merupakan salah satu ekspresi dari kecemasan. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari, kegelisahan juga diartikan sebagai kecemasan, kekhawatiran ataupun ketakutan. Masalah kecemasan atau kegelisahan berkaitan juga dengan masalah frustasi, yang secara definisi dapat disebutkan, bahwa seseorang mengalami frustasi karena apa yang diinginkan tidak tercapai.


2. Macam-macam Kecemasan yang Dialami Manusia

Sigmund Freud ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu kecemasan kenyataan (obyektif), kecemasan neorotik, dan kecemasan moril.

a). Kecemasan obyektif

Pengalaman perasaan sebagai akibat pengamatan atau bahaya dunia luar. Bahaya adalah sikap keadaan dalam lingkungan seseorang yang mengancam untuk mencelakakannya. Pengalaman bahaya dan timbulnya kecemasan mungkin dari sifat pembawaan, bahwa seseorang mewarisi kecenderungan untuk menjadi takut kalau ia berada dekat dengan benda-benda atau keadaan tertentu dari lingkungannya.

b). Kecemasan neorotis (syaraf)

Kecemasan ini timbul karena pengamatan tentang bahaya dari naluriah. Menurut Sigmund Freud, kecemasan ini dibagi tiga macam, yakni:
  
Kecemasan yang timbul karena penyesuaian diri dengan lingkungan, dan orang itu takut akan bayangannya sendiri, atau takut akan id-nya sendiri, sehingga menekan dan menguasai ego.

Bentuk ketakutan yang tegang dan irrasional (phobia). Bentuk khusus dari phobia adalah intensitet ketakutan melebihi proporsi yang sebenarnya dari obyek yang ditakutkannya.

Rasa takut lain ialah rasa gugup, gagap dan sebagainya. Reaksi ini munculnya secara tiba-tiba tanpa ada provokasi yang tegas. Reaksi gugup ini adalah perbuatan meredakan diri yang bertujuan untuk membebaskan seseorang dari kecemasan neorotis yang sangat menyakitkan dengan melakukan sesuatu yang dikehendaki oleh id, meskipun ego dan superego melarangnya.

c). Kecemasan moril

Kecemasan moril disebabkan karena pribadi seseorang. Tiap pribadi memiliki bermacam-macam emosi, antara lain iri, benci, dendam, dengki, marah, gelisah, cinta, dan rasa kurang.

Rasa iri, benci, dengki, dendam merupakan sebagian dari pernyataan individu secara keseluruhan berdasarkan konsep yang kurang sehat. Oleh karena itu, sering alasan untuk iri, benci, dengki itu kurang dapat dipahami orang lain. Sifat-sifat seperti itu adalah sifat yang tidak terpuji, bahkan mengakibatkan manusia akan merasa khawatir, takut, cemas, gelisah, dan putus asa.


3. Sebab-sebab Seseorang Gelisah

Selama hidupnya, manusia pasti pernah mengalami kegelisahan baik intensitasnya sering ataupun jarang, apalagi di era globalisasi seperti saat ini yang membutuhkan tingkat kompetitifitas yang tinggi untuk hidup di dalamnya. kegelisahan sendiri berasal dari kata gelisah yang berarti tidak tentram hatinya, selalu merasa khawatir,tidak senang tidak sabar, cemas sehingga kegelisahan merupakan hal yang menggambarkan seseorang tidak tentram hati maupun perbuatannya, merasa khawatir, tidak tenang dalam tingkah lakunya, tidak sabar ataupun dalam kecemasan. sedangkan kita dapat mengetahui tanda-tanda bahwa seseorang mengalami ketegang adalah dari tingkah lakunya.

Sigmon Freud seorang ahli psikoanalisa berpendapat, bahwa ada tiga macam kecemasan yang menimpa manusia, yaitu: kecemasan kenyataan, kcemasan neoritik dan kecemasan moril. Kegelisahan tidak jarang bersahabat dengan umumnya kita. Ada yang gelisah karena faktor-faktor materi, ada juga yang bukan karena hal- hal yang material.

Mungkin kegelisahan itu disebabkan antara lain:

1. Kesulitan ekonomi

2. Takut kehilangan harta, jabatan dan popularitas

3. Penyakit yang menahun

4. Kesulitan mendapatkan pasangan hidup yang ideal
5. Takut kehilangan pasangan hidup

6. Khawatir gagal dalam berkarier

7. Dan lainnya


            Jika kesulitan ekonomi dijadikan alasan sebagai penyebab utama, tentu masih banyak saudara kita yang lebih parah ekonominya dari kita. Tapi sebagian mereka masih bisa tersenyum, dan nyenyak tidur hanya dengan beralaskan tikar di bawah jembatan dan di pinggir jalan. Mengapa kita harus gelisah?

Jika kekhawatiran hilangnya harta, jabatan atau popularitas menjadi penyebab kegeliasahan. Bukankah semua ini memang tidak kekal, semuanya bersifat sementara. Padahal masih lebih banyak saudara- saudara kita yang hidup serba pas-pasan, tidak punya jabatan, apalagi popularitas. Justru mereka sering dihina. Tapi anehnya, sebagian mereka masih bisa tersenyum dan nyenyak tidur di dalam rumah kontrakan yang sempit dan pengap.

Jika pasangan hidup ideal yang menjadi penghalang kebahagiaan rumah tangga, tentu kita saksikan banyak saudara-saudara kita tanpa pasangan yang “ideal”, tapi mereka bisa menikmati kebahagiaan dalam rumah tangga. Mengapa kita harus gelisah hanya karena belum mendapatkan pasangan yang “ideal” dalam pikiran dan khayalan kita.

Kehilangan pasangan sering menjadi sebab kegelisahan bahkan banyak menimpa kehidupan manusia, terutama kalangan istri. Semakin banyak rizki dan harta yang diraihnya semakin besar kegelisan yang akan menimpanya. Mengapa? Memang tidak sedikit terjadi melimpahnya harta membuka peluang yang luas hilangnya kesetiaan pasangan suami-isteri.

Mungkin fenomena ini yang sering mendatangkan kegelisahan. Bahkan tidak jarang sebagian isteri tak sanggup memejamkan matanya di larut malam karena sang suami belum pulang. Pikirannya terbang melayang ke alam yang negatif penuh curiga. Mengapa ini terjadi? Padahal sebelumnya mengharapkan datangnya limpahan harta. Setelah harta melimpah justru kegelisahan pun juga datang.

Pada dasarnya semua manusia mendambakan kebahagiaan, dan tidak menginginkan kegelisahan. Kebahagiaan itu satu, dan kegelisahan juga satu. Bisa diraih oleh setiap manusia yang kaya atau yang miskin, yang punya jabatan atau yang jelata, yang ternama atau yang tak dikenal, berpasangan atau yang belum, yang sehat atau sedang sakit, yang berkarier atau yang belum. Sebaliknya kegelisahan juga bisa datang pada setiap manusia dari semua lapisan dan tingkatan.


4. Contoh-contoh Kegelisahan Manusia

            Bila ada suatu bahaya (bahaya banjir, gunung meletus atau perampokan), orang tentu akan gelisah. Hal itu disebabkan karena bahaya itu mengancam akan hilangnya beberapa hak orang sekaligus. Misalnya hak untuk hidup, hak  milik, hak memperoleh perlindungan, hak kemerdekaan hidup, dan mungkin hak nama baik. Kalau misalnya, kentongan dipukul terus menerus dan disambung bersahut-sahutan makin lama makin dekat, tentu orang-orang akan gelisah. Gerangan apakah yang akan terjadi? Meskipun berita peristiwa belum ada, tetapi yang jelas itu merupakan tanda bahaya.


5. Usaha-usaha Mengatasi Kegelisahan Manusia

Cara yang digunakan dalam mengatasi kegelisahan:

Dengan memerlukan sedikit pemikiran yaitu, pertama kita menanyakan pada diri kita sendiri (instropeksi), akibat yang paling buruk yang bagaimanakah yang akan kita tanggung atau yang akan terjadi,mengapa hal itu terjadi,apa penyebabnya dan sebagainya.

Kita bersedia menerima sesuatu yang terjadi pada diri kita dengan rasa tabah dan senang hati niscaya kecemasan tersebut akan sirna dari jiwa kita. Bersamaan berjalannya waktu kita dapat mencoba untuk memperkecil dan mengurangi keburukan-keburukan akibat timbulnya kecemasan tersebut dalam jiwa  kita.

Berdoa kepada Tuhan dengan sungguh-sungguh sabar,tabah,senang dan ikhlas sehingga Ia mau mengabulkan permohonan kita dari perasaan kecemasan ini,sebab Tuhan adalah yang paling Maha Pemurah,Maha Pengampun, Maha Pengasih dan Maha Penyayang bagi umatnya yang mau berdoa dan memohon kepada-Nya.


6. Contoh-contoh Mengatasi Kegelisahan Manusia

Beberapa cara dalam mengatasi kegelisahan yang mungkin datang yaitu: (1) Bersikap tenang saat memiliki masalah; (2) Bersabar dalam menerima keputusan; dan (3) Ikhlas terhadap apa yang telah terjadi.


7. Pengertian Keterasingan

Keterasingan berasal dari kata terasing, dan kata itu adalah dari kata dasar asing. Kata asing berarti sendiri, tidak dikenal, sehingga kata terasing berarti, tersisihkan dari pergaulan, terpisahkan dari yang lain, atau terpencil. Jadi kata terasing berarti hal-hal yang berkenaan dengan tersisihkan dari pegaulan, terpencil atau terpisah dari yang lain.

Keterasingan adalah bagian hidup manusia. Sebentar atau lama, orang pernah mengalami hidup dalam keterasingan sudah tentu dengan sebab dan kadar yang berbeda satu sama lain.

Yang menyebabkan orang berada dalam keterasingan ialah perilakunya yang tidak dapat diterima atau tidak dapat dibenarkan oleh masyarakat, atau kekurangan yang ada pada diri seseorang, sehingga ia tidak dapat atau sulit menyesuaikan diri dalam masyarakat.

            Kesalahan yang dibuat seseorang juga dapat membuat orang itu dalam keterasingan, dan karena itu ia merasa gelisah.


8. Sebab-sebab Seseorang Mengalami Kesepian

Bermacam-macam penyebab terjadinya kesepian. Salah satunya adalah frustasi. Orang yang frustasi tidak mau diganggu, ia lebih senang dalam keadaan sepi, tidak suka bergaul, dan sebagainya. Ia lebih senang hidup sendiri. Contoh: Pangeran Sidharta, putra raja Kapilawastu, meninggalkan istana, tempat kemewahan, keramaian, dan keindahan. Karena frustasi menyaksikan kontradiksi keadaan diluar istana yang penuh penderitaan, maka ia  meninggalkan istana dan pergi ke hutan ke tempat yang lebih sunyi untuk mencari hakikat hidup.

Bila kita perhatikan sepintas lalu mungkin keterasingan dan kesepian hampir serupa, tetapi sebenarnya tidak sama, walaupun keduanya ada hubungannya. Perbedaan antara keduanya hanya terletak pada sebab akibat. Kesepian merupakan akibat dari keterasingan dan keterasingan sebagai akibat sombong, angkuh, kaku, keras kepala, sehingga dijauhi kawan-kawan sepergaulan. Akibatnya, orang yang dijauhi itu hidup terasing, terpencil dari keramaian hidup sehingga mereka merasa kesepian.

Menurut Brehm dkk (2002) terdapat empat hal yang dapat menyebabkan seseorang mengalami kesepian, yaitu:

a. Ketidakadekuatan dalam hubungan yang dimiliki seseorang

Menurut Brehm dkk (2002) hubungan seseorang yang tidak adekuat akan menyebabkan seseorang tidak puas akan hubungan yang dimiliki. Ada banyak alasan seseorang merasa tidak puas dengan hubungan yang dimiliki, merasa tidak puas dengan hubungan yang tidak adekuat.

b. Terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan

Menurut Brehm dkk (2002) kesepian juga dapat muncul karena terjadi perubahan terhadap apa yang diinginkan seseorang dari suatu hubungan. Pada saat tertentu hubungan sosial yang dimiliki seseorang cukup memuaskan. Sehingga orang tersebut tidak mengalami kesepian. Tetapi di saat lain hubungan tersebut tidak lagi memuaskan karena orang itu telah merubah apa yang diinginkannya dari hubungan tersebut.

c. Self-esteem

Kesepian berhubungan dengan self-esteem yang rendah. Orang yang memiliki self-esteem yang rendah cenderung merasa tidak nyaman pada situasi yang beresiko secara sosial. Dalam keadaan seperti ini orang tersebut akan menghindari kontak-kontak sosial tertentu secara terus menerus akibatnya akan mengalami kesepian.

d. Perilaku interpersonal

Perilaku interpersonal akan menentukan keberhasilan individu dalam membangun hubungan yang diharapkan. Dibandingkan dengan orang yang tidak mengalami kesepian, orang yang mengalami kesepian akan menilai orang lain secara negatif, tidak begitu menyukai orang lain, tidak mempercayai orang lain, menginterpretasikan tindakan orang lain secara negatif, dan cenderung memegang sikap-sikap yang bermusuhan.

e. Atribusi penyebab

Menurut pandangan Peplau dan Perlman (dalam Brehm dkk, 2002) perasaan kesepian muncul sebagai kombinasi dari adanya kesenjangan hubungan sosial pada individu ditambah dengan atribusi penyebab. Atribusi penyebab dibagi atas komponen internal-eksternal dan stabil-tidak stabil.


9. Contoh-contoh Seseorang yang Dilanda Kesepian

Setiap orang pernah mengalami kesepian, karena kesepian merupakan bagian hidup manusia. Lama atau sebentar perasaan kesepian ini bergantung kepada mental orang dan kasus penyebabnya.
Berikut beberapa contoh seseorang yang dilanda kesepian:

a. Setelah anaknya yang telah menikah itu memiliki rumah sendiri, ibu Hadi merasa kesepian.

b. Setelah tembakan gencar itu berhenti, jalan-jalan tampak sepi. Orang-orang takut keluar, bahkan suara deru mobil pun tak kedengaran.

c. Karena pak Parman dan ibu Parman kurang bergaul, ditambah keadaan hari itu hujan lebat, maka resepsi perkawinan anaknya sepi, tamu kurang sekali.


10. Pengertian Ketidakpastian

Ketidakpastian berasal dari kata tidak pasti artinya tidak menentu (pikirannya) atau mendua, atau apa yang dipikirkan tidak searah dan kemana tujuannya tidak jelas. Itu semua akibat pikirannya yang tidak dapat konsentrasi. Ketidakkonsentrasian itu disebabkan oleh  berbagai sebab, yang paling utama adalah kekacauan pikiran.

Ketidakpastian atau ketidaktentuan adalah bagian hidup manusia. Setiap orang hidup pasti pernah mengalaminya. Bahkan anak kecil sekalipun pernah mengalaminya, misalnya, ketika anak kecil ditinggalkan ibunya, ia menangis kebingungan. Kebingungan itu menunjukan adanya ketidakpastian, seperti anak ayam yang kehilangan induknya.


11. Sebab-sebab Ketidakpastian

Menurut Siti Meichati dalam bukunya Kesehatan Mental menerangkan beberapa penyebab seseorang tak dapat berpikir dengan pasti. Sebab-sebab itu ialah:

a. Obsesi

Obsesi merupakan gejala neuroso jiwa, yaitu adanya pikiran atau perasaan tertentu yang terus menerus, biasanya tentang hal-hal yang tak menyenangkan, atau sebab-sebabnya tak diketahui oleh penderita. Misalnya selalu berpikir ada orang yang ingin menjatuhkan dia.

Contoh :
Seorang pedagang yang maju pesat, pada suatu saat terpikir olehnya ada kawan yang ingin menjatuhkannya. Pikiran itu tidak hilang, tetapi justru menjadi-jadi. Apalagi setelah ia merugi.

b. Phobia

Ialah rasa takut yang tak terkendali, tidak normal, kepada sesuatu hal atau kejadian tanpa diketahui sebab-sebabnya.

c. Kompulasi

Ialah adanya keragu-raguan tentang apa yang telah dikerjakan, sehingga ada dorongan yang tak disadari melakukan perbuatan yang serupa berkali-kali.

Contoh :
keinginan untuk mengambil barang (mencuri), padahal barang itu tak bermanfaat baginya, dan andaikata ingin membeli, mampu juga dia (kleptomania)
keinginan minum-minuman keras, orang itu bukan pemabuk, tetapi bila dilanda pikiran atau perasaan kecewa keinginan minumnya tak dapat dibendung

d. Histeria

Ialah neorosa jiwa yang disebabkan oleh tekanan mental, kekecewaan, pengalaman pahit yang menekan, kelemahan syaraf, tidak mampu menguasai diri, sugesti dari sikap orang lain.

Contoh :
Ketika ibu Bakri sedang melayani anaknya makan, datang orang-orang mengetuk pintu, mengucap salam, dijawab dan keluarlah ia , diluar, kagetlah ia melihat orang banyak mengusung jenazah yang ditutupi kain, Ibu langsung bertanya siapa itu, itu kan bukan kang Bakri, Semua orang yang ditanya diam. Akhirnya dia berteriak histeris lalu pingsan (film orang-orang laut)

e. Delusi

Menunjukan pikiran yang kurang beres, karena berdasarkan suatu keyakinan palsu. Tidak dapat memakai akal sehat, tidak ada dasar kenyataan dan tidak sesuai dengan pengalaman.

Delusi ini ada tiga macam, yaitu:

1) Delusi perkusi: menganggap keadaan sekitarnya jelek. Seseorang yang mengalami delusi perkusi tidak mau mengenal tetangga kiri kanan karena menganggap jelek.

2) Delusi keagungan: menganggap dirinya orang penting dan besar, orang seperti itu biasanya gila hormat. Menganggap orang-orang sekitarnya sebagai orang-orangtidak penting, akhirnya semua orang menjauhi juga

3) Delusi melancholis: merasa dirinya bersalah, hina, dan berdosa. Hal ini dapat mengakibatkan buyuten atau dikenal dengan nama delirium trements, hilangnya kesadaran dan menyebabkan otot-oto tak berkuasa lagi.

Contoh :
Pak Joyo orang kampung pada suatu hari dipanggil ke pengadilan untuk diminta kesaksiannya. Tetapi karena takutnya, ia gemetar, keringat dingin mengucur, ditanya ini itu tak bisa menjawab, mulutnya gemetar. Akhirnya jaksa tak memperoleh kesaksian apa-apa darinya.

f. Halusinasi

Khayalan yang terjadi tanpa rangsangan pancaindra. Dengan sugesti diri orang dapat juga berhalusinasi. Halusinasi buatan, misalnya dapat dialami oleh orang mabuk atau pemakai obat bius. Kadang-kadang karena halusinasi orang merasa mendapat tekanan-tekanan terhadap dorongan-dorongan dasarnya, sehingga dengan timbulnya halusinasi dorongan-dorongan itu menemukan sasarannya. Ini nampak dalam perbuatan penderita (penderita itu dapat menyadari perbuatan itu, tetapi tidak dapat menahan rangsangan khayalan sendiri)

g. Keadaan Emosi

Dalam keadaan tertentu seseorang sangat berpengaruh oleh emosinya. Ini nampak pada keseluruhan pribadinya gangguan pada nafsu makan, pusing-pusing, muka merah, nadi, cepat keringat, tekanan darah tinggi/lemah. Sikapnya dapat apatis atau terlalu gembira dengan gerakan lari-larian, nyanyian, ketawa atau berbicara. Sikap ini dapat pula berupa kesedihan menekan, tidak bernafsu, tidak bersemangat, gelisah, resah, suka mengeluh, tidak berbicara, diam seribu bahasa, termenung, menyendiri.






Referensi:











Rabu, 20 Desember 2017

Manusia dan Tanggung Jawab serta Pengabdian | Tugas 11 Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar



MANUSIA DAN TANGGUNG JAWAB SERTA PENGABDIAN


1. Pengertian Tanggung Jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus umum bahasa indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab, menanggung segala sesuatunya atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau  perbuatannya yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai wujudan kesadaran akan kewajibannya. Manusia pada hakikatnya adalah makhluk yang bertang­gung jawab.Disebut demikian karena manusia, selain merupa­kan makhluk individual dan makhluk sosial, juga merupakan makhluk Tuhan. Manusia memiliki tuntutan yang besar untuk bertanggung jawab mengingat ia mementaskan sejumlah peranan dalam konteks sosial, individual ataupun teologis.

Dalam konteks sosial manusia merupakan makhluk sosial.Ia tidak dapat hidup sendirian dengan perangkat nilai-nilai sclera sendiri. Nilai-nilai yang diperankan seseorang dalam ja­minan sosial harus dipertanggungjawabkan sehingga tidak meng­ganggu konsensus nilai yang telah disetujui bersama. Masalah tanggung jawab dalam konteks individual berkait­an dengan konteks teologis.Manusia sebagai makhluk indivi­dual artinya manusia harus bertanggung jawab terhadap diri­nya (seimbangan jasmani dan rohani) dan harus bertanggung jawab terhadap Tuhannya (sebagai penciptanya). Tanggung jawab manusia terhadap dirinya akan lebih kuat intensitasnya apabila ia mentiliki kesadaran yang mendalam. Tanggung jawab manusia terhadap dirinya juga muncul sebagai akibat keyakin­annya terhadap suatu nilai.

Demikian pula tanggung jawab manusia terhadap Tuhan­nya, manusia sadar akan keyakinan dan ajaran-Nya. Oleh karena itu manusia harus menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya agar manusia dijauhkan dari perbuatan keji dan munkar.

    Tanggung jawab dalam konteks pergaulan manusia adalah keberanian.Orang yang bertanggung jawab adalah orang yang berani menanggung resiko atas segala yang menjadi tanggung jawabnya. Ia jujur terhadap dirinya dan jujur terhadap orang lain, tidak pengecut dan mandiri. Dengan rasa tanggung jawab, orang yang bersangkutan akan berusaha melalui seluruh potensi dirinya. Selain itu juga orang yang bertanggung jawab adalah orang yang mau berkorban demi kepentingan orang lain.


2. Makna dari Suatu Tanggung Jawab

Makna dari tanggung jawab itu sendiri ialah siap menerima kewajiban atau tugas. Dalam artian disini bahwa ketika seseorang diberikan kewajiban atau tugas, seseorang tersebut akan menghadapi suatu pilihan yaitu menerima dan menghadapinya dengan dedikasi atau menunda dan mengabaikan tugas atau kewajiban tersebut.


3. Macam-macam Tanggung Jawab

Manusia itu berjuang adalah memenuhi keperluannya sendiri atau untuk keperluan pihak lain. Untuk itu ia menghadapi manusia lain dalam masyarakat atau menghadapi lingkungan alam. Dalam usahanya itu manusia juga menyadari bahwa ada kekuatan lain yang ikut menentukan, yaitu kekuasaan Tuhan. Dengan demikian tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu

a. Tanggung jawab terhadap diri sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menentukan kesadaran setiap orang untuk memenuhi kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan demikian bisa memevahkan masalah-masalah kemanusiaan mengenai dirinya sendiri menurur sifat dasarnya manusia adalah mahluk bermoral, tetapi manusia juga pribadi. Karena merupakan seorang pribasi maka manusia mempunyai pendapat sendiri, perasaan sendiri, berangan-angan sendiri. Sebagai perwujudan dari pendapat, perasaan dan angan-angan itu manusia berbuat dan bertindak. Dalam hal ini manusia tidak luput dari kesalahan, kekeliruan, baik yang sengaja maupun yang tidak.

b. Tanggung jawab terhadap keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami, ister, ayah, ibu anak-anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib bertanggung jawab kepada keluarga. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan dan kehidupan.

c. Tanggung jawab terhadap masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan kedudukannya sebagai mahluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus berkomunikasi dengan manusia lain. Sehingga dengan demikian manusia disini merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab seperti anggota masyarakat yang lain agar dapat melangsungkan hidupnya dalam masyrakat tersebut. Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan kepada masyarakat.

d. Tanggung jawab kepada Bangsa / Negara

Suatu kenyataan lagi, bahwa tiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara. Dalam berpikir, berbuat, bertindak, bertingkah laku manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila perbuatan itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara

e. Tanggung jawab terhadap Tuhan

Tuhan menciptakan manusia di bumi ini bukanlah tanpa tanggung jawab, melainkanuntuk mengisa kehidupannya manusia mempunyai tanggung jawab lngsung terhadap Tuhan. Sehingga tindakan manusia tidak bisa lepas dari hukum-hukum Tuhan yang dituangkan dalam berbagai kitab suci melalui berbagai macam agama. Pelanggaran dari hukum-hukum tersebut akan segera diperingatkan oleh Tuhan dan juga dengan peringatan yang keraspun manusia masih juga tidak menghiraukan maka Tuhan akan melakukan kutukan. Sebab dengan mengabaikan perintah-perintah Tuhan berarti mereka meninggalkan tanggung jawab yang seharusnya dilakukan manusia terhadap Tuhan sebagai penciptanya, bahkan untuk memenuhi tanggung jawab, manusia perlu pengorbanan.


4. Contoh-contoh dari Setiap Tanggung Jawab

a. Terhadap diri sendiri

Misalnya sebagai seorang pelajar kita haruslah mengerti dan menyadari posisi kita untuk senantiasa belajar dan mengerjakan segala pekerjaan rumah dengan penuh dedikasi, karena hal-hal seperti itulah yang akan mempengaruhi kesuksesan kita sendiri pada akhirnya. Hal-hal tersebut tidak ada kaitannya sama sekali dengan orang lain, karena yang menentukan jalan hidup kita, masa depan kita adalah kita sendiri.

b. Terhadap keluarga

Misalnya seorang anak memiliki tanggung jawab kepada keluarganya untuk selalu menjaga dan melindungi nama baik keluarganya setiap saat dengan cara bertindak dan berperilaku dengan sopan dan santun sesuai dengan aturan yang ada dalam masyarakat dan tidak melanggar aturan-aturan tersebut.

c. Terhadap masyarakat

Manusia sebagai mahkluk social tentunya tidak dapat hidup sendiri dan harus bermasyarakat dengan individu lainnya, oleh karena itu setiap anggota masyarakat memiliki tanggung jawab yang sama dalam masyarakat misalnya tanggung jawab untuk menjaga kebersihan, keamanan, dan ketentraman di lingkungan masyarakat tersebut.

d. Terhadap bangsa dan Negara

Dalam bermasyarakat untuk mencapai tujuan kesejahteraan bersama maka diadakannya kegiatan berbangsa dan bernegara. Dimana masing-masing dari kita memiliki tanggung jawab yang sama untuk Negara yakni menjaga persatuan dan kesatuan Negara dengan mengikuti hokum dan tata tertib bernagsa dan bernegara yang diterapkan di Negara tersebut.

e. Terhadap Tuhan

Sebagai mahkluk yang telah di ciptakan oleh Tuhan di dunia ini, dilindungi dan dibesarkan, diberikan akal sehat dan berbagai macam rahmat dan karunia-Nya maka kita tentunya memiliki tanggung jawab untuk menjaga dan melestarikan segala sesuatu yang telah diberikan-Nya kepada kita dan serta senantiasa mensyukuri apa yang telah diberikan oleh Tuhan kepada kita dengan cara beribadah dan berdoa kepada-Nya.


5. Pengertian Pengabdian

Pengabdian adalah perbuatan baik yang berupa pikiran dan pendapat sebagai perwujudan kesetiaan, atau suatu kesetiaan yang di lakukan dengan ikhlas.

Pengabdian itu ada hakekatnya yaitu rasa tanggung jawab. Apabila orang bekerja keras seharian penuh itu untuk mencukupi kebutuhannya. Lain halnya jika kita hanya membantu teman dalam kesulitan mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya sebuah bantuan saja.

Lain halnya jika kita membantu teman dalam kesulitan, mungkin sampai berhari-hari itu bukan pengabdian, tetapi hanya bantuan saja.


6. Macam-macam Pengabdian

Sebelumnya munculnya pengabdian karena adanya rasa tanggung jawab, baik terhadap Tuhan maupun penciptanya, terhadap diri sendiri, terhadap keluarga dan terhadap masyarakat. Ada beberapa perbedaan dalam pengabdian, oleh karena itu pengabdian dibedakan:

a. Pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa

Yaitu penyerahan diri secara penuh terhadap Tuhan dan merupakan perwujudan tanggung jawabnya yang juga diikuti oleh pengorbanan.
Contoh :
Umat Islam melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari, melakukan zhakat, melaksanakan kurban dan sebagainya. Itu semua tidak lain adalah untuk pengabdian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Pengabdian kepada masyarakat

Ini timbul karena manusia dibesarkan dan hidup dalam masyarakat sehingga sebagi perwujudanya tanggung jawab nya, kemudian melakukan pengabdian dan juga pengorbanan.
Contoh :
Seorang mahasiswa Universitas Gunadarma yang telah lulus, kemudian berusaha memajukan pendidikkan di desanya dengan mendirikan sekolah, walaupun tanpa imbalan apapun dia lakukan demi kemajuan desanya

c. Pengabdian kepada raja

Yaitu suatu penyerahan diri secara ikhlas kepada rajanya, karena dianggap yang melindunginya; walaupun sekarang banyak terjadi.
Contoh :
Seorang gadis dengan sukarela dijadikan selir oleh rajanya

d. Pengabdian kepada Negara

Timbul karena orang merasa ikut bertanggung jawab terhadap keselastrian Negara dan demi persatuan dan kesatuan bangs
Contoh :
Dalam usaha untuk merebut kembali Irian Barat dari penjajah Belanda, banyak pemuda yang mendaftarkan diri sebagai sukarelawan.

e. Pengabdian kepada harta

Terjadi karena seseorang memandang bahwa harta yang menghidupinya, sehingga tindakan-tindakannya semata-mata demi harta, akibatnya ia diperbudak oleh harta; kadang-kadang dia tanpa menyadari justru mengorbankan dirinya untuk mempertahankan hartanya, yang akhirnya sama saja diartikan ia tidak dapat menikmati hartanya.


7. Contoh-contoh Pengabdian Dalam Kehidupan

Contoh pengabdian kepada Tuhan yaitu: Umat Islam melaksanakan shalat lima waktu dalam sehari, melakukan zakat, melaksanakan kurban dan sebagainya, itu semua tidak lain adalah untuk pengabdian kepada Tuhan yang Maha Esa. Contoh pengabdian kepada masyarakat: Seorang mahasiswa yang telah lulus, kemudian berusaha memajukan pendidikan di desanya dengan mendirikan sekolah, walaupun tanpa imbalan apapun, ia lakukan demi kemajuan desanya.

Sebagai contoh pengabdian lain, sepasang suami istri guru sekolah dasar di sebuah desa anaknya cukup banyak yaitu enam orang. Untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarga besar tersebut, si ibu tetap berkerja sebagai guru, karena tahu bahwa gaji suaminya juga kecil. Si ibu di rumah tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga, karena memang tidak mampu membayar pembantu. Untuk urusan pendidikan di sekolah si bapak yang bertanggung jawab, sedangkan si ibu untuk urusan pendidikan yang bersangkutan dengan rumah tangga, si bapak membimbing putra putrinya dalam belajar di rumah malam hari, sedangkan siang hari saling dengan praktek biologi seperti menanam sayor koma, memeihara ternak yang hasilnya langsung dapat dinikmati oleh keluarga, si ibu membimbing putra putrinya untuk mandiri, setelah anak-anaknya mulai harus sekolah di kota mereka hanya di sewakan kamar yang murah dengan memasak dan mencuci sendiri.

Demikianlah maka kamar itu makin banyak penghuninya oleh adik-adik yang juga menyusul kakak di kota. Seminggu sekali seorang pulang untuk mengambil uang dan perbekalan di desa, dan sekali sebulan ayah ibu datang ke kota untuk tetap mengakrabkan hubungan sebagai keluarga dan mengontrol anak-anaknya menjalankan kewajibannya secara benar. Hal demikian juga diakukan oleh keluarga itu waktu anak terbesar harus masuk ke perguruan tinggi. Pada waktu si sulung sudah tamat dan berkerja, iya pindah ke tempat kerjanya dan berfungsi sebagai donatur terhadap adik-adiknya. Akhirnya seluruh putra putri keluarga guru tersebut dapat menamatkan sekolahnya dan menjadi sarjana. Sementara itu si bapak dan ibu bertahan berkerja sebagai guru di desa demi mengabdi pada putra putrinya agar dapat menjadi manusia yang hidupnya tidak sesulit dirinya.


8. Pengertian Pengorbanan

Pengorbanan adalah pemberian yang didasarkan atas kesadaran moral yang tulus ikhlas semata-mata. Pengorbanan merupakan akibat dari pengabdian. Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.

Pengabdian lebih banyak menunjuk kepada perbuatan sedangkan pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian. Dalam pengadian selalu dituntut pengorbanan, tapi belum tentu pengorbanan menuntut pengabdian.

Hidup adalah sebuah perjuangan yang selalu harus dilakukan oleh setiap makhluk agar tetap bertahan hidup. Pengorbanan itu sendiri bisa berbentuk material (yang bisa dilihat, dipegang) dan berbentuk immaterial (hanya bisa dirasakan). dan pengorbanan yang dilakukan dengan tulus dan tujuan mulia pasti akan memberikan hasil yang luar biasa (tidak sia-sia atau percuma).

Pengorbanan yang terbesar adalah pengorbanan yang dilakukan untuk keselamatan banyak jiwa, pengorbanan yang tak memandang kesalahan dan perbuatan baik dari ciptaan-Nya. dan pengorbanan sebesar dan setulus ini belum pernah dilakukan oleh siapapun selain dari Tuhan itu sendiri.

Jika Tuhan mau berkorban untuk kita, maka kitapun jangan ragu untuk melakukan hal yang sama, tetapi perhatikanlah tujuan atau arti pengorbanan yang dilakukan apakah untuk hal mulia atau untuk hal yang konyol.


9. Macam-macam Pengorbanan

Pengorbanan diserahkan secara ikhlas tanpa pamrih, tanpa ada perjanjian, tanpa ada transaksi, kapan saja diperlukan.

Pengabdian lebih banyak mengarah kepada perbuatan sedangkan, pengorbanan lebih banyak menunjuk kepada pemberian sesuatu misalnya berupa pikiran, perasaan, tenaga, biaya, waktu. Dalam pengabdian selalu dituntut pengorbanan belum tentu menuntut pengabdian.

Macam-macam pengorbanan antara lain: (1) Pengorbanan harta benda; (2) Pengorbanan pikiran; (3) Pengorbanan perasaan; dan (4) Pengorbanan tenaga.


10. Contoh-contoh Pengorbanan dalam Kehidupan

            Salah satu orang yang sangat berjasa dalam kehidupan kita adalah Ibu. Berikut ini macam-macam pengorbanan yang dilakukan seorang ibu kepada anak-anaknya.

a. Kehamilan

Ketika seorang ibu hamil, berbaring ke arah kanan akan membuat ibu merasa sedikit lebih nyaman. Namun ketika dokter mengatakan berbaring ke arah kiri akan membantu bayi di dalam kandungan merasa lebih nyaman, seorang ibu akan rela memilih untuk berbaring ke arah kiri demi kebaikan sang bayi. Tidak peduli dalam keadaan apapun, kapanpun, keadaan bayi selalu menjadi yang terutama bagi seorang ibu.

b. Melahirkan

Dalam kurun waktu 24 jam proses kelahiran, saat bukaan dalam vagina ibu hanya sebesar 2 jari, dokter akan bertanya, Apakah ibu mau dibius saja supaya tidak sakit?

Dari 10 orang ibu, akan ada 8 hingga 9 orang yang menolak untuk menjalani proses ini karena hal ini akan menyebabkan proses kelahiran bayi menjadi cukup panjang sehingga kemungkinan untuk sang bayi kekurangan oksigen akan bertambah.

c. Kurang tidur

Sejak kelahiran bayi, bekerja 24 jam sehari menjadi tugas umum seorang ibu. Seorang ibu yang senang untuk bermalas-malasan di ranjang sekalipun akan bangun ketika anaknya bangun dan menangis. Walau sedang tidur sekalipun, ibu akan segera bangun dan menenangkan anaknya. Ketika suami sedang bertugas keluar ataupun beristirahat, sang ibu sibuk mengganti popok bayi. Saat orang lain makan, sang ibu membujuk anaknya untuk tidur, sementara ketika orang lain tidur dengan nyenyak, ibu bertugas untuk menyusui anaknya.

d. Pengorbanan ketika menyusui

Kebanyakan ibu yang belum berpengalaman seringkali merasa kesakitan di bagian payudara demi menyusui anaknya. Jika sakitnya cukup parah, terkadang sang ibu tidak bisa menyusui untuk beberapa waktu. Karena itu dewasa ini banyak ibu yang memakai alat bantu untuk mengeluarkan ASI. Namun bukan berarti kesakitan sang ibu langsung hilang. Botol-botol susu yang disediakan oleh sang ibu, semuanya terisi tidak hanya dengan ASI tapi juga dengan cinta kasih.

e. Pengorbanan tenaga

Ketika anak sakit, hati ibu pun sakit. Jam berapapun itu, bahkan jam 1 subuh sekalipun, ketika sang anak sakit. Seorang ibu tanpa pikir panjang akan segera membawa anaknya ke dokter untuk diperiksa. Demi menjaga kesehatan dan pertumbuhan anak, keadaan apapun rela dihadapi oleh ibu.






Referensi:













Manusia dan Harapan | Tugas 13 Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar

MANUSIA DAN HARAPAN 1. Pengertian Harapan Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, se...