Rabu, 01 November 2017

Manusia dan Kesusastraan | Tugas 2 Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar



MANUSIA DAN KESUSASTRAAN


1. Pendekatan Kesusastraan

Ilmu Budaya Dasar yang semula dinamakan Basic Humanities, berasal dari bahasa Inggris the humanities. Istilah ini berasal dari bahasa latin Humanus, yang berarti manusiawi, berbudaya, dan halus. Dengan mempelajari the humanities orang akan menjadi lebih manusiawi, lebih berbudaya dan lebih halus. Jadi the humanities berkaitan dengan masalah nilai, yaitu nilai kita sebagai homo humanus.

Untuk menjadi homo humanus, manusia harus mempelajari ilmu, yaitu the humanities, disamping tanggung jawabnya yang lain. Apa yang dimasukkan ke dalam the humanities masih dapat diperdebatkan, dan kadang-kadang disesuaikan dengan keadaan dan waktu. Pada umumnya the humanities mencakup filsafat, teologi, seni dan cabang-cabangnya termasuk sastra, sejarah, cerita rakyat, dan sebagainya. Pada pokoknya semua mempelajari masalah manusia dan budaya. Karena itu ada yang menterjemahkan the humanities menjadi ilmu-ilmu kemanusiaan, ada juga yang menterjemahkan menjadi pengetahuan budaya.

Hampir di setiap jaman, seni termasuk sastra memegang peranan yang penting dalam the humanities. Ini terjadi karena seni merupakan ekspresi nilai-nilai kemanusiaan, dan bukannya formulasi nilai-nilai kemanusiaan seperti yang terdapat dalam filsafat atau agama. Dibanding dengan cabang the humanities yang lain, seperti misalnya ilmu bahasa, seni memegang peranan yang penting, karena nilai-nilai kemanusiaan yang disampaikannya normatif.

Karena seni adalah ekspresi yang sifatnya tidak normatif, seni lebih mudah berkomunikasi. Karena tidak normatif, nilai-nilai yang disampaikannya lebih fleksibel, baik isinya maupun cara penyampaiannya.

Hampir di setiap jaman, sastra mempunyai peranan yang lebih penting. Alasan pertama, karena sastra mempergunakan bahasa. Sementara itu, bahasa mempunyai kemampuan untuk menampung hampir semua pernyataan kegiatan manusia. Dalam usahanya untuk memahami dirinya sendiri, yang kemudian melahirkan filsafat, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk memahami alam semesta, yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan, manusia mempergunakan bahasa. Dalam usahanya untuk mengatur hubungan antara sesamanya yang kemudian melahirkan ilmu-ilmu sosial, manusia mempergunakan bahasa. Dengan demikian, manusia dan bahasa pada hakekatnya adalah satu. Kenyataan inilah mempermudah sastra untuk berkomunikasi.

Sastra juga lebih mudah berkomunikasi, karena pada hakekatnya karya sastra adalah penjabaran abstraksi. Sementara itu filsafat, yang juga mempergunakan bahasa, adalah abstraksi. Cinta kasih, kebahagiaan, kebebasan dan lainnya yang digarap oleh filsafat adalah abstrak. Sifat abstrak inilah yang menyebabkan filsafat kurang berkomunikasi.

Cabang-cabang seni yang lain pada hakekatnya juga abstrak. Gerak-gerik dalam seni tari, misalnya, masih perlu dijabarkan. Meskipun bunyi-bunyi dalam seni musik lebih cepat dinikamti, bunyi-bunyi itu sendiri masih memerlukan penafsiran itu sastra masih dapat ditafsirkan lagi.

Sastra juga didukung oleh cerita. Dengan cerita orang lebih mudah tertarik, dan dengan cerita orang lebih mudah mengemukakan gagasan-gagasannya dalam bentuk yang  tidak normatif. Cabang-cabang seni yang lain juga dapat menarik tanpa cerita, akan tetapi sulit bagi penciptanya mengemukakan gagasannya. Dalam musik misalnya, kata-kata penciptanya tertelan oleh melodinya.

Karena seni memegang peranan penting, maka seniman sebagai pencipta karya seni juga penting, meskipun yang lebih penting adalah karyanya. Seniman adalah media penyampai nilai-nilai kemanusiaan. Kepekaannya menyebabkan dia mampu menangkap hal yang lepas dari pengamatan orang lain.


2. Ilmu Budaya Dasar Dikaitkan Dengan Prosa

            Istilah prosa banyak padanannya. Kadang-kadang disebut narrative fiction, prose fiction atau hanya fiction saja. Dalam bahasa Indonesia istilah tadi sering diterjemahkan menjadi cerita rekan dan didefinisikan sebagai bentuk cerita atau prosa kisahan yang mempunyai pameran, lakuan, peristiwa dan alur yang dihasilkan oleh daya khayal atau imaginasi. Istilah cerita rekaan umumnya dipakai untuk roman, atau novel, atau cerita pendek.

Dalam kesusastraan Indonesia kita mengenal jenis prosa lama dan prosa baru. Prosa lama meliputi (1) Dongeng-dongeng; (2) Hikayat; (3) Sejarah; (4) Epos; dan (5) Cerita pelipur lara. Prosa pendek meliputi (1) Cerita pendek; (2) Roman/novel; (3) Biografi; (4) Kisah; dan (5) Otobiografi.


3. Nilai-nilai dalam Prosa

            Sebagai seni yang bertulang punggung cerita, mau tidak mau karya sastra (prosa fiksi) langsung atau tidak langsung membawakan moral, pesan atau cerita. Dengan perkataan lain prosa mempunyai nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra. Adapun nilai-nilai yang diperoleh pembaca lewat sastra antara lain:

a. Prosa fiksi memberikan kesenangan

            Keistimewaan kesenangan yang diperoleh dari membaca fiksi adalah pembaca mendapatkan pengalaman sebagaimana mengalaminya sendiri peristiwa atau kejadian yang dikisahkan. Pembaca dapat mengembangkan imaginasinya untuk mengenal daerah atau tempat yang asing, yang belum dikunjunginya atau yang tak mungkin dikunjungi selama hidupnya. Pembaca juga dapat mengenal tokoh-tokoh yang aneh atau asing tingkah lakunya atau mungkin rumit perjalanan hidupnya untuk mencapai sukses.

b. Prosa fiksi memberikan informasi

            Prosa fiksi memberikan sejenis informasi yang tidak terdapat di dalam ensiklopedi. Dalam novel sering kita dapat belajar sesuatu yang lebih daripada sejarah atau laporan jurnalistik tentang kehidupan masa kini, kehidupan masa lalu, bahkan juga kehidupan yang akan datang atau kehidupan yang asing sama sekali.

c. Prosa fiksi memberikan warisan kultural

            Prosa fiksi dapat menstimuli imaginasi, dan merupakan sarana bagi pemindahan yang tak henti-hentinya dari warisan budaya bangsa.

            Novel seperti Siti Nurbaya, salah asuhan, sengsara membawa nikmat, layar terkembang mengungkapkan impian-impian, harapan-harapan, aspirasi-aspirasi dari generasi yang terdahulu yang seharusnya dihayati oleh generasi kini. Novel yang berlatar belakang perjuangan revolusi seperti jalan tak ada ujung, misalnya menggambarkan suatu tindakan heroisme yang mengagumkan dan memberikan kebanggaan, yang oleh generasi muda sekarang tidak lagi mengalaminya secara fisik, jiwa kepahlawanan perlu disentuhkan lewat hasil-hasil sastra.

d. Prosa memberikan keseimbangan wawasan

            Lewat prosa fiksi seseorang dapat menilai kehidupan berdasarkan pengalaman-pengalaman dengan banyak individu. Fiksi juga memungkinkan lebih banyak kesempatan untuk  memilih respon-respon emosional atau rangsangan aksi yang  mungkin sangat berbeda daripada apa yang disajikan dalam kehidupan sendiri.

            Adanya semacam kaidah kemungkinan yang tidak mungkin dalam fiksi inilah yang memungkinkan pembaca untuk dapat memperluas dan memperdalam persepsi dan wawasannya tentang tokoh, hidup dan kehidupan manusia. Dari banyak memperoleh pengalaman sastra, pembaca akan terbentuk keseimbangan wawasannya, terutama dalam menghadapi kenyataan-kenyataan diluar dirinya yang mungkin sangat berlainan dari pribadinya. Seorang dokter yang dianggap memiliki status sosial tinggi, tetapi ternyata mendatangi perempuan simpanannya walaupun dengan alasan-alasan psikologis, seperti dikisahkan novel belenggu, adalah contoh kemungkinan yang tidak mungkin. Tetapi justru dari sinilah pembaca memperluas perspektifnya tentang kehidupan manusia.

            Berkenaan dengan moral, karya sastra dapat dibagi menjadi dua; Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya, dan karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya. Ada juga yang tentunya menyuarakan kedua-duanya.

            Karya sastra yang menyuarakan aspirasi jamannya mengajak pembaca untuk mengikuti apa yang dikehendaki jamannya. Kebanyakan karya sastra Indonesia di jalam Jepang yang dikelompokkan ke dalam kelompok ini.

Karya sastra yang menyuarakan gejolak jamannya, biasanya tidak mengajak pembaca untuk melakukan sesuatu, akan tetapi untuk merenung.

Kedua macam karya sastra itu selalu menyampaikan masalah. Masalah ini disampaikan dengan jalan menyajikan interaksi tokoh-tokohnya. Masing-masing tokoh mempunyai temperamen, pendirian, dan kemauan yang berbeda-beda. Perbedaan ini menimbulkan konflik. Konflik dapat terjadi baik di dalam diri tokoh sendiri maupun diantara tokoh satu dengan tokoh lainnya.


4. Ilmu Budaya Dasar Dihubungkan dengan Puisi

            Puisi termasuk seni sastra, sedangkan sastra bagian dari kesenian, dan kesenian cabang/unsur dari kebudayaan. Kalau diberi batasan, maka puisi adalah ekspresi pengalaman jiwa penyair mengenai kehidupan manusia, alam, dan Tuhan melalui media bahasa yang artistik/estetik, yang secara padu dan utuh dipadatkan kata-katanya.

            Kepuitisan, keartistikan atau keestetikaan bahasa puisi disebabkan oleh kreativitas penyair dalam membangun puisinya dengan menggunakan:

a. Figura bahasa (figurative language) seperti gaya personifikasi, metafora, perbandingan, alegori, dan sebagainya. Puisi menjadi segar, hidup, menarik dan memberi kejelasan gambaran angan.

b. Kata-kata yang ambigu, yaitu kata-kata yang bermakna ganda, banyak tafsir.

c. Kata-kata berjiwa, yaitu kata-kata yang sudah diberi suasana tertentu, berisi perasaan dan pengalaman jiwa penyair sehingga terasa hidup dan memukau.

d. Kata-kata konotatif yaitu kata-kata yang sudah diberi tambahan nilai-nilai rasa dan asosiasi-asosiasi tertentu.

e. Pengulangan, yang berfungsi untuk mengintensifkan hal-hal yang dilukiskan, sehingga lebih menggugah hati.

            Dibalik kata-katanya yang padat, ekonomis dan sukar dicerna maknanya itu, puisi berisi potret kehidupan manusia. Puisi menyuguhkan kepada kita suasana-suasana dan peristiwa-peristiwa kehidupan manusia dan juga dalam kaitan kehidupannya dengan alam dan Tuhan. Ia merupakan hasil penghayatan dan pengalaman penyair terhadap kehidupan manusia, terhadap alam dan Tuhan yang diekspresikannya melalui bahasa yang artistik.

            Adapun alasan-alasan yang mendasari penyajian puisi pada Ilmu Budaya Dasar adalah sebagai berikut:

1. Hubungan Puisi dengan Pengalaman Hidup Manusia

            Perekaman dan penyampaian pengalaman dalam sastra puisi disebut “pengalaman perwakilan’. Ini berarti bahwa manusia senantiasa ingin memiliki salah satu kebutuhan dasarnya untuk lebih menghidupkan pengalaman hidupnya dari sekedar kumpulan pengalaman langsung yang terbatas. Dengan pengalaman perwakilan itu sastra/puisi dapat memberikan kepada kita memiliki kesadaran (insight-wawasan) yang penting untuk dapat melihat dan mengerti banyak tentang dirinya sendiri dan tentang masyarakat.

            Pendekatan terhadap pengalaman perwakilan itu dapat dilakukan dengan suatu kemampuan yang disebut “imaginative entry”, yaitu kemampuan menghubungkan pengalaman hidup sendiri dengan pengalaman yang dituangkan penyair dalam puisinya.

 2. Puisi dengan Keinsyafan/Kesadaran Individual

            Dengan membaca puisi, kita dapat diajak untuk dapat menjenguk hati/pikiran manusia, baik orang lain maupun diri sendiri, karena melalui puisinya sang penyair menunjukkan kepada pembaca bagian dalam hati manusia, ia menjelaskan pengalaman setiap orang.

3. Puisi dengan Keinsyafan Sosial

            Puisi juga memberikan kepada manusia tentang pengetahuan manusia sebagai makhluk social, yang terlibat dalam issue dan problem sosial. Secara imaginatif puisi dapat menafsirkan situasi dasar manusia social yang bisa berupa: (1) penderitaan atas ketidakadilan; (2) perjuangan untuk kekuasaan; (3) konflik dengan sesamanya; dan (4) pemberontakan terhadap hukum hukum.

            Puisi-puisi umumnya sarat akan nilai-nilai etika, estetika dan juga kemanusiaan. Salah satu nilai kemanusiaan yang banyak mewarnai puisi-puisi adalah cinta kasih (yang terpaut di dalamnya kasih sayang, cinta, kemesraan dan renungan). Rendra dengan puisinya “episode” misalnya, melukiskan betapa kemesraan cinta begitu merasuk ke dalam jiwa dua sejoli muda-mudi yang sedang menjalin cinta.

                        Kami duduk berdua
                        di bangku halaman rumah
                        pohon jambu di halaman itu

                        berbuah dengan lebatnya
                        dan kami senang memandangnya
                        angin yang lewat
                        memainkan daun yang berguguran
                        tiba-tiba ia bertanya :
                        “mengapa sebuah kancing bajumu
                        lepas terbuka ?”
                        aku hanya tertawa
                        lalu ia sematkan dengan mesra
                        sebuah peniti menutup bajuku
                        sementara itu aku bersihkan
                        guguran bunga jambu
                        yang mengotori rambutnya.

            Kemesraan cinta tidak hanya terpatri dalam lubuk hati masing-masing tetapi juga memancar dari sinar mata keduanya yang bening dan belaian-belaian mesra jari jemari mereka yang bergetar.

            Cinta kasih itu kadang-kadang tidak berdiri sendiri, ia sering berpadu dengan nilai-nilai kemanusiaan yang lain seperti penderitaan (kesepian, kesedihan, keputusasaan, dll).

            “padamu jua” misalnya mengungkapkan pandangan hidup ketuhanan dan ratapan hati Amir Hamzah yang hancur luluh karena tali           cintanya telah begitu mesra dengan seorang gadis jawa direnggut dan diputuskan oleh ayahnya, yang akan menjodohkan puteranya dengan gadis pilihan ayahnya yang masih terbilang kemenakannya sendiri.

                                   
PADAMU JUA

                        habis kikis
                        segala cintaku hilang terbang
                        pulang kembali akan padamu
                        seperti dulu

                        kaulah kandil kemerlap
                        pelita jendela dimalam gelap
                        melambai pulang perlahan
                        sabar, setia selalu

                        satu kekasihku
                        aku manusia
                        rindu rasa
                        rindu rupa
                        dimana engkau
                        rupa tiada
                        suara sayup
                        hanya kata merangkai hati

                        engkau cemburu
                        engkau ganas

                        mangsa aku dalam cakarmu
                        bertukar tangkap dengan lepas
                        nanar aku, gila dasar
                        sayang berulang padamu jua
                        engkau pelik menarik angina
                        serupa dara dibalik tirai

                        Kasihmu sunyi
                        menunggu seorang diri
                        lalu waktu-bukan giliranku
                        matahari bukan kawanku….


            Tapi sebagai pemuda yang beriman Amir Hamzah tabah menghadapi cobaan hidup. Dengan selalu mendekatkan diri pada Tuhan. Allah satu-satunya zat yang maha pengasih dan penyayang yang dicintainya, yang menjadi tumpuannya mendapatkan pegangan dan petunjuk, sehingga ia dapat menguasai diri dari rasa putus asa. Ia selalu merenung-renung dalam solatnya dan pasrah atas kehendak Tuhan yang telah menentukan jalan nasibnya.


                        Habis kikis
                        segala cintaku hilang terbang
                        pulang kembali aku padamu

                        seperti dahulu
                        kaulah kandil kemerlap
                        pelita jendela di dalam gelap
                        melambai pulang perlahan
                        sabar, setia selalu


            Dalam mendekatkan diri dengan Tuhannya ia selalu merindukan dan mendambakan rupa Tuhannya, namun tak pernah kunjung Nampak. Amir Hamzah jadi bingung dan cemas, khawatir Tuhan tidak mencintainya. Seperti pengakuannya:

           
                        Satu kekasihku
                        aku manusia
                        rindu rupa
                        rindu rasa
                        dimana engkau
                        rupa tiada
                        suara sayup
           

            Namun akhirnya ia sadar dan taqwa bahwa zat Allah memang tak dapat dijangkau oleh indera manusia, kecuali dengan ucapan:
(dalam solat, berdoa, dan sebagainya)

                       
                        hanya kata merangkai hati


            Puisi merupakan sesuatu yang hidup dalam alam metafisis, suatu impian yang berkepribadian sehingga sukar dihayati isinya. Walaupun demikian bila puisi dibaca dengan baik setidaknya akan dapat membantu pembaca dalam menafsirkan maknanya.





Referensi:



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Manusia dan Harapan | Tugas 13 Mata Kuliah Ilmu Budaya Dasar

MANUSIA DAN HARAPAN 1. Pengertian Harapan Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, se...